News &
Updates

News Image

Share

Guru Sehari bagi Tunas Pertiwi
22 Desember 2023

Guru Sehari bagi Tunas Pertiwi

IMG20231212090533

 

Surabaya, Kampus Ursulin–Sanmaris. Digugu lan ditiru. Begitulah kerata basa mengenai guru. Memang, itu merupakan utak-atik kata. Tetapi, gathuk. Digugu, artinya dipercaya; sedangkan ditiru sama dengan diteladani, diikuti tindakannya. Guru merupakan sosok yang berperan mengajari dan menjadi panutan. Kesadaran akan peran itulah yang ditumbuhkan bersama-sama dalam kegiatan Parents Day di SD Santa Maria Surabaya, Selasa (12/12) lalu.

 

Orang tua adalah pendidik pertama bagi anak-anaknya. Demikian yang disampaikan Kepala Sekolah SD Santa Maria Surabaya, Yunitha Ike Christyowati, pada upacara pembukaan kegiatan. “Ketika bayi lahir, guru pertama anak adalah orang tuanya. Yang mengajarinya berbicara, berjalan, adalah mama dan papanya,” jelasnya.

WhatsApp Image 2023-12-14 at 15.49.24

Sebagai bentuk pengingat makna tersebut, orang tua murid diajak bertukar peran dengan ibu bapak guru, menjadi pengajar di sekolah. Dalam sehari itu, beberapa orang tua murid berperan memberi materi pelajaran, dan sebagian lagi menjadi pendamping di kelas. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan agar murid-murid mendapat tambahan wawasan yang berbeda dari materi sekolahnya sehari-hari.

Di kelas 1C, orang tua murid bersepakat mengangkat tema belajar “Kesehatan Tubuh, Gigi, dan Mental Anak”. Berperan sebagai guru hari itu, Ibu Iik, Ibu Maria, dan Ibu Melva.

Ibu Iik, yang kesehariannya menjadi dokter gigi, mengajak murid-murid bertanya jawab mengenai gigi dan mulut. Kemudian memberi gambaran mengenai gigi, yang bisa rusak dan berlubang jika tertempel sisa makanan. Makan permen, cokelat, es krim, boleh? Boleh! "Asalkan tidak lupa segera menggosok gigi setelahnya," pesan spesialis kesehatan gigi anak tersebut. Sesi ini diakhiri dengan bersama-sama menggosok gigi hingga bersih. Murid-murid senang, bisa menggosok gigi beramai-ramai dengan sikat dan pasta gigi baru, yang sebelumnya telah disiapkan orang tua murid.

WhatsApp Image 2023-12-14 at 15.50.07

 

Sesi berikutnya, ibu Maria mengenalkan tentang obat. Ada berbagai bentuk, dengan cara pemakaian masing-masing. Apoteker tersebut juga mengingatkan, ketika sakit dan harus minum obat sirup, pakailah gelas atau sendok takar. Tujuannya agar dosis yang diminum tepat, sehingga proses penyembuhan pun optimal. Maria kemudian membagikan serbuk gula halus dan selongsongan kaplet kosong. Murid-murid diajak icip-icip kerja: mengisikan "obat" ke dalam kaplet. Hasil karya setiap murid pun boleh dibawa pulang.

IMG20231212091752

Melengkapi pembelajaran kesehatan, selanjutnya ibu Melva memandu murid-murid untuk mengenali diri dengan lebih baik. Juga, berlatih menempatkan diri di antara teman-temannya. Salah satunya, murid-murid diajak berkelompok sesuai jumlah saudaranya di rumah. Ada anak tunggal, dua bersaudara, tiga, empat, bahkan lima bersaudara.

WhatsApp Image 2023-12-14 at 15.51.07

 Beberapa murid diajak menceritakan perasaannya sebagai anak, dengan atau tanpa saudara. "Aku senang punya adik karena bisa main bersama," tutur Kinanthi. Ibu Melva pun bertanya, ketika bermain, apakah mereka berebut mainan. "Ya, kadang-kadang," jawab Kinanthi. Lain lagi dengan Aaron, yang mempunyai dua saudara. Anak bungsu tersebut mengaku tidak pernah diusili kedua kakaknya. Hmm, apakah mungkin, justru dia yang mengusili kakaknya ya? Hehehe..

 

IMG20231212094306

Ibu Melva mengakhiri sesi belajar dengan mengajak anak-anak mempraktikkan butterfly hug. Kedua tangan bersilang di depan dada, dengan telapak terbuka, menepuk pelan seperti sayap kupu-kupu. "Ketika resah, sedih, atau takut, lakukanlah ini untuk menenangkan diri," pesan psikolog tersebut. (lie)

 

Penulis   : D.S. Elisabet Noviliana (Orang Tua Kelas 1C)

Editor     : FX. Marjanto