Surabaya, Kampus Ursulin - Sanmaris. Sabtu, 11 Oktober 2025 merupakan hari istimewa bagi kami para guru SD Santa Maria Surabaya. Para guru mendapat kesempatan belajar bersama para dosen dari Universitas Kristen Petra Surabaya. Ada banyak pertanyaan di benak kami, kira-kira materi yang akan kami terima tentang apa, ya?
Dalam hal ini kami tak ubahnya seperti murid-murid yang selalu penasaran terhadap materi yang akan disampaikan oleh guru-gurunya. Tema yang disajikan pada pertemuan ini yaitu: “Computational Thinking untuk Pembelajaran Siswa SD Santa Maria Surabaya”.

Pendamping dan pembimbing kami para dosen yang sangat andal di bidang Informatika. Para dosen tersebut ialah Ibu Lily Puspa Dewi, Bapak Stefanus, dan Bapak Henry Novianus Palit. Beliau bertiga adalah dosen Fakultas Informatika. Ibu Lily mengenalkan kepada kami tentang “Bebras”. Awalnya kami belum mengenal dan memahami tentang Bebras. Dari penjelasan demi penjelasan yang disampaikan oleh para dosen, akhirnya kami paham akan tujuan dibentuknya Bebras tersebut.
Bebras diprakarsai oleh Prof. Valentina Dagiene dari Universitas of Vilvinus, Lithuania pada tahun 2006. Bebras bertujuan membekali generasi muda dengan berpikir sistematis, problem solving melalui CT dalam era transformasi digital. Bebras Internasional mempunyai ikon binatang berang-berang. Diambilnyabinatang berang-berang sebagai ikon Bebras Internasional karena berang-berang tipe pekerja keras, cerdas, lincah dan rajin. Dan setiap negara mempunyai keunikan dalam mendisain berang-berang sesuai dengan kearifan lokal.
Dengan menjadi anggota komunitas Bebras diharapkan soal-soal yang disajikan untuk murid-murid berorientasi pada pengetahuan yang diminiaturkan pada situasi sehari-hari. Soal-soal Bebras dapat membentuk HOTS (High Order Thinking Skill) sebagai skill dan habit. Dari skill dan habit ini diharapkan menjadi “pola berpikir”, kebiasaan (reaksi otomatis) ketika memandang masalah lain termasuk pelajaran sekolah.
HOTS (High Order Thinking Skill) mengajak untuk berpikir kritis, kreatif, dan pemecahan masalah agar siswa mampu:

Dengan melihat peringkat PISA 2018, Indonesia menempati peringkat 75 dari 80 negara dalam katagori membaca, memaksa kita untuk berpikir komputasional. Maksudnya tidak berarti berpikir seperti komputer, melainkan berpikir tentang komputasi seseorang.
Dengan berpikir komputasional, seseorang dituntut untuk:
Beberapa metode berpikir komputasional (computational thinking) dalam memecahkan masalah:
Dari pengalaman dan masukan dari para dosen pemberi materi, kami bertekad untuk semakin baik dalam memberikan materi dan soal-soal HOTS kepada para siswa kami. Semoga Tuhan Yesus menolong kami dan Bunda Maria senantiasa mendoakan kami.Amin
Ditulis oleh Kresdianingsih - Guru SD Santa Maria Surabaya
Diedit oleh H.A. Endang Widayati